Minggu, 15 Juli 2012

Tukang Bubur Naik Haji The Series di RCTI

Lail Cloudy Fighting!!!

Menjelang bulan Ramadhan, setiap stasiun TV pun berlomba-lomba menyajikan yang bertemakan religius, disesuaikan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah. Menurut pendapat saya sendiri, RCTI merupakan salah satu stasiun TV yang bergerak lebih cepat dibanding stasiun TV lain dalam menayangkan sinetron religius. Hal ini bisa dilihat dari penayangan Sinetron Tukang Naik Bubur Naik Haji The Series disaat stasiun TV lain belum menayangkan sinetron sejenis yang merupakan khas bulan Ramadhan.

Selain karena kesuksesan FTV tersebut, juga karena untuk menarik terlebih dahulu penonton. Semakin cepat tayang, semakin menarik cerita yang disajikan, maka menjadi semacam magnet bagi penonton untuk mempatok tayangan kesukaan mereka di Ramadhan kelak. Intinya “badadahuluan me_lock penonton”.

Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji The Series seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di dalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.

Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu) dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby (Andi Arsyil), adik Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan dari H. Muhidin dan Hj Maemunah yang iri dan dengki.

Sinetron ini berawal dai FTV. Saking lakunya sudah diulang berapa ratus kali di MNC TV (dulunya TPI). Saking tambah lakunya lagi, FTV ini dijadikan sinetron religius di Bulan Ramadhan. Namun seiring konflik, konflik dan konflik yang mampu dihadapi dengan “sabar” oleh Haji Sulam dan keluarga, mampukah penonton juga bersabar menonton “kesabaran luar biasa dari Haji Sulam dan keluarga” dengan sabar. Menurut saya, ada rasa “garigitan” yang luar biasa terhadap kesabaran Haji Sulam, sehingga ada sedikit rasa bosan terhadap tayangan ini. Seakan mereka terlalu pasrah menerima perlakuan jahat dari orang-orang disekitarnya, seolah itu kurang real keadaannya di dunia nyata.

Kalau terus seperti itu, mungkinkah tayangan ini mampu bersaing dengan sinetron religius terlaris dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu Para Pencari Tuhan (PPT) yang berhasil merebut perhatian penonton di beberapa tahun belakangan. Entahlah. We’ll see..

Ini hanyalah pendapat dari saya, seorang penonton TV sejati, hehe

Sumber : http://www.rcti.tv/programs/view/325/mega-sinetron-tukang-bubur-naik-haji-the-series

1 komentar:

  1. Musik pengiring selama adegan terlalu keras sehingga mengalahkan suara tokoh. Mengapa produser tidak memperhatikan pada sisi output (pada pesawat televisi penonto dirumah) dan melakukan penyesuaian.
    Semua sinetron kita pasti disitu kelemahannya dari dulu, sampai sekarang pun gak ada kemajuan. Tapi "Tukang Bubur Nik Haji" ini memang satu dari hanya sedikit sinetron kita yang saya sudi nonton, yang lainnya ... wueekkk.

    BalasHapus