Menjelang bulan
Ramadhan, setiap stasiun TV pun berlomba-lomba menyajikan yang bertemakan
religius, disesuaikan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah. Menurut pendapat
saya sendiri, RCTI merupakan salah satu stasiun TV yang bergerak lebih cepat
dibanding stasiun TV lain dalam menayangkan sinetron religius. Hal ini bisa
dilihat dari penayangan Sinetron Tukang Naik Bubur Naik Haji The Series disaat
stasiun TV lain belum menayangkan sinetron sejenis yang merupakan khas bulan
Ramadhan.
Selain karena kesuksesan FTV tersebut, juga karena untuk menarik
terlebih dahulu penonton. Semakin cepat tayang, semakin menarik cerita yang
disajikan, maka menjadi semacam magnet bagi penonton untuk mempatok tayangan
kesukaan mereka di Ramadhan kelak. Intinya “badadahuluan me_lock penonton”.
Cerita keseluruhan Tukang Bubur
Naik Haji The Series seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di
dalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan
sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya
ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci,
padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah
menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu,
selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan
lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat
Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat
ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha
bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya,
dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu) dan Hj.
Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak
mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby (Andi Arsyil),
adik Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan dari
H. Muhidin dan Hj Maemunah yang iri dan dengki.
Sinetron ini berawal
dai FTV. Saking lakunya sudah diulang berapa ratus kali di MNC TV (dulunya
TPI). Saking tambah lakunya lagi, FTV ini dijadikan sinetron religius di Bulan
Ramadhan. Namun seiring konflik, konflik dan konflik yang mampu dihadapi dengan
“sabar” oleh Haji Sulam dan keluarga, mampukah penonton juga bersabar menonton
“kesabaran luar biasa dari Haji Sulam dan keluarga” dengan sabar. Menurut saya,
ada rasa “garigitan” yang luar biasa terhadap kesabaran Haji Sulam, sehingga
ada sedikit rasa bosan terhadap tayangan ini. Seakan mereka terlalu pasrah
menerima perlakuan jahat dari orang-orang disekitarnya, seolah itu kurang real
keadaannya di dunia nyata.
Kalau terus seperti
itu, mungkinkah tayangan ini mampu bersaing dengan sinetron religius terlaris
dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu Para Pencari Tuhan (PPT) yang berhasil
merebut perhatian penonton di beberapa tahun belakangan. Entahlah. We’ll see..
Ini hanyalah pendapat
dari saya, seorang penonton TV sejati, hehe
Sumber : http://www.rcti.tv/programs/view/325/mega-sinetron-tukang-bubur-naik-haji-the-series
Musik pengiring selama adegan terlalu keras sehingga mengalahkan suara tokoh. Mengapa produser tidak memperhatikan pada sisi output (pada pesawat televisi penonto dirumah) dan melakukan penyesuaian.
BalasHapusSemua sinetron kita pasti disitu kelemahannya dari dulu, sampai sekarang pun gak ada kemajuan. Tapi "Tukang Bubur Nik Haji" ini memang satu dari hanya sedikit sinetron kita yang saya sudi nonton, yang lainnya ... wueekkk.